Nehemia tergerak untuk meninggalkan kesejahteraan sebagai juru minuman raja Persia (sekarang Iran) dan memimpin usaha untuk membangun tembok di Yerusalem, sesuatu yang akan sangat berdampak pada kesejahteraan dan keamanan kota itu. Begitu dia tiba sudah ada penentang. Sanbalat (2:10) adalah gubernur Samaria (bnd. 4:2). Tobias (2:10) mungkin adalah gubernur Amon, seperti cucunya seabad kemudian. Gesyem (2:19) adalah raja Kedar, dan mungkin menguasai perdagangan di daerah itu. Jadi, kedatangan Nehemia sebagai utusan sang raja Persia sendiri mengancam kuasa mereka. Pada awal p.6 mereka tetap berusaha supaya tugas Nehemia gagal.
Perikop ini menjelang puncak bagian pertama kitab Nehemia, karena tembok itu jadi dibangun. Keberanian dan kecerdikan Nehemia nampak ketika dia dapat mengenali muslihat musuh-musuhnya; barangkali sebagai juru mimuman raja dia sudah biasa berpolitik. Tetapi kemampuan itu dia pakai demi tujuan yang diembankan kepadanya oleh Allah.
Pada a.14 Nehemia mengeluhkan para penentangnya. Enam kali dia berdoa di tengah narasinya (5:19; 6:14; 13:14, 22, 29, 31). Soalnya, meskipun dia berhasil dalam tugas lahiriah untuk membangun tembok kembali, dia gagal dalam hal reformasi hati umat (demikian p.13). Ketika dia menulis, dia sadar bahwa upahnya hanya dari Tuhan, tidak ada hasil yang memuaskan. Kegagalannya bukan kesalahannya sendiri. Israel memang menunggu Dia yang akan membaptis dengan Roh Kudus.
Pemimpin dalam jemaat (umat Israel yang sudah diperbaharui oleh Roh Kudus) tentu berharap lebih banyak pengalaman seperti sukses Neh 6 daripada kekecewaan Neh 13. Namun kita harus siap juga untuk melihat bagaimana suatu sukses dirongrong oleh kelemahan orang percaya bahkan jemaat yang mungkin belum percaya. Upah kita adalah dari Tuhan. Itulah sumber keberanian kita dan pengarah kecerdikan kita.
Ping balik: Neh 7:1-3 Pembangunan selesai… « To Mentiruran
Ping balik: Neh 4:1-14 Perjuangan di tengah ancaman « To Mentiruran