7. Menafsir sejarah (2)

Sejarah Israel (khususnya Yosua sampai Raja-Raja) memperlihatkan bagaimana Allah bergaul dengan umat-Nya berdasarkan perjanjian di Sinai. Nubuatan (sebagai lanjutan dari penyataan Allah dalam Taurat) menjadi cara Dia berkomunikasi dengan Israel dan juga mengendalikan sejarahnya. Sejarah itu meliputi berkat dan kutuk, sesuai dengan “sanksi” perjanjian (Im 26, Ul 28). Oleh karena kegagalan Israel maka Yesus menanggung kutuk itu supaya berkat itu sampai kepada bangsa-bangsa (Gal 3:13-14).

Abraham dipanggil untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa, dan Israel menerapkan panggilan itu sebagai “kerajaan imam” di tengah bangsa-bangsa (Kel 19:5b-6). Berkat bagi Israel sendiri menjadi fokus kitab Yosua dengan pemberian tanah Israel, dan berpuncak pada kerajaan Daud dan Salomo. Berkat bagi bangsa-bangsa berpuncak pada kerajaan Salomo dan khususnya perkunjungan Ratu Syeba yang berseru, “Terpujilah Tuhan, Allahmu…” (1 Raj 10:9). Namun, keberdosaan Israel menjadi tema yang penting sejak kitab Hakim-Hakim, dan menonjol dalam pelanggaran Daud, bahkan Salomo sendiri pada pasal setelah perkunjungan Ratu Syeba itu! Setelah perpecahan Israel (1 Raj 12) setiap raja dinilai berdasarkan apakah setia atau tidak kepada Allah.

Oleh karena Israel melanggar Taurat, maka Allah memanggil para nabi seperti Samuel, Natan dan Elia yang menegor para raja dan memanggil umat Israel untuk setia kepada Tuhan. Banyak nabi kecil ikut berperan juga. Fokusnya bukan pada orangnya melainkan pada firman Allah yang mengendalikan sejarah Israel. Misalnya, sebelum perpecahan kerajaan Israel Allah menubuatkannya kepada Salomo (1 Raj 11:11-13), kemudian memprovokasi lawan Salomo melalui seorang nabi yang bernubuat demikian juga (1 Raj 11:31-39). Nubuatan itu digenapi melalui sikap Rehabeam (12:15). Demikian keterlibatan dan kedaulatan Allah ditunjukkan. Nubuatan demikian yang mungkin paling jauh jangkauannya terdapat dalam 1 Raj 13:2, yang digenapi di 2 Raj 23:15-16!

Namun, peringatan para nabi tidak dihiraukan sehingga Israel dibuang dalam dua tahap, kerajaan Utara yang disebut Israel (2 Raj 17:6) lebih dulu, kemudian kerajaan Selatan yang disebut Yehuda (2 Raj 25:25b). Penjelasan disampaikan setelah tahap pertama secara panjang lebar (2 Raj 17:7-23). Intinya pada aa.17-18 yang menjelaskan bagaimana pemberontakan Israel membuat Allah sakit hati, sehingga Dia murka dan menjauhkan mereka dari hadapan-Nya. Tindakan Allah itu sejajar dengan tindakan-Nya mengusir manusia perdana dari taman Eden, hanya terhadap Israel ada perasaan yang jauh lebih kuat—mungkin karena pemberontakan Israel terjadi di hadapan anugerah (17:7) dan peringatan (17:13) Allah yang berulangkali.

2 Raja-Raja berakhir dengan Israel masih dalam pembuangan. Walau 1-2 Tawarikh dan Ezra-Nehemia menceritakan kembalinya Israel dari pembuangan, panggilan Israel dan berkat Abraham tetap belum terwujud. Jembatan untuk melihat penggenapannya dalam Kristus terdapat dalam kitab-kitab para nabi.

Seri Pemahaman PL

Pos ini dipublikasikan di Seri Pemahaman PL dan tag , , , , . Tandai permalink.

2 Balasan ke 7. Menafsir sejarah (2)

  1. Ping balik: 1 Raj 2:1-4 Peralihan kuasa « To Mentiruran

  2. Ping balik: Seri pemahaman PL « To Mentiruran

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.